Google search

Tuesday, January 31, 2012

STRUKTUR HUTAN KOTA


Struktur hutan kota ditentukan oleh keanekaragaman vegetasi yang ditanam sehingga terbangun hutan kota yang berlapis-lapis dan berstrata baik vertikal maupun horizontal yang meniru hutan alam. Struktur hutan kota, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan yang menyusun hutan kota. Struktur hutan kota diklasifikasikan menjadi:
  1. Berstrata dua, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota hanya terdiri dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lainnya;
  2. Bersrata banyak, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan hutan kota selain terdiri dari pepohonan dan rumput juga terdapat semak, terna, liana, epifit, ditumbuhi banyak anakan dan penutup tanah, jarak tanam rapat tidak beraturan dengan strata, serta komposisi mengarah meniru komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam.
Struktur hutan kota berstrata banyak dapat dilihat dalam penelitian penanggulangan masalah lingkungan kota yang berhubungan dengan suhu udara, kebisingan, debu, dan kelembaban udara. Hasil analisis secara multidimensi dari lima jenis hutan kota, ternyata hutan kota yang berbentuk menyebar strata banyak paling efektif untuk menanggulangi masalah lingkungan kota di sekitarnya.
Hutan alam tropis menampilkan tiga lapisan pohon. Menurut Samingan, 1975; Ewusie, 1980; Longman dan Jenik, 1974, dan Goley, 1983 dalam Djamal, 2005, lapisan pohon dan lapisan lainnya yang berdiri sendiri seperti belukar, perdu, dan terna adalah sebagai berikut :
  1. Paling atas (stratum A). Terdiri dari pepohonan setinggi 30-45m. Pohon tersebut muncul keluar mencuat tinggi di atas, bertajuk lebar, dan umumnya tersebar sedemikian rupa sehingga tidak saling bersentuhan membentuk lapisan yang berkesinambungan. Bentuk khas tajuknya sering dipakai untuk mengenali spesies dalam suatu wilayah.
  2. Lapisan pepohonan yang kedua (stratum B) terletak di bawah pohon yang mencuat. Lapisan ini sering disebut sebagai lapisan tingkat atas yang terdiri dari pepohonan dengan ketinggian 18-27 m. Pepohonan ini tumbuh berdekatan dan cenderung membentuk sodor yang bersinambung. Tajuk sering membulat atau memanjang dan tidak selebar pohon yang mencuat (stratum A).
  3. Lapisan pepohonan yang ketiga (stratum C), disebut lapisan tingkat bawah. Terdiri dari pepohonan yang tumbuh sekitar 8-14 m, cenderung rapat dan tegak.
  4. Lapisan belukar (stratum D), terdiri dari spesies berkayu dengan ketinggian sekitar 10 m. Ada dua bentuk belukar, yaitu yang mempunyai percabangan dekat ke tanah, tidak mempunyai sumbu utama dan yang menyerupai pohon kecil, mempunyai sumbu yang jelas berupa pohon muda dari spesies pohon yang lebih besar.
  5. Lapisan terna (stratum E), terdiri dari tumbuhan kecil, merupakan kecambah (anakan) dari berbagai vegetasi. Biasanya terna tidak banyak dan tergantung kepada banyaknya sinar matahari yang tembus. Pelapisan vertikal komunitas hutan mempengaruhi penyebaran populasi hewan yang hidup dalam hutan. Beberapa jenis burung dalam kehidupan dan pencarian makanannya terdapat pada pepohonan yang mencuat tinggi sedangkan pada lapisan yang lebih rendah terdapat herbivor mamalia seperti bajing dan lemur. Sedangkan pada lapisan bawah (dasar) terdapat hewan dasar hutan seperti rusa.


SUMBER
http://teknik.ums.ac.id/kuliah/ruhiko/file/A5-PDF-FINAL%20buku%20teks%20ruhiko%20 DIM/Fin%20A5-bab%205%20Hutan%20Kota-23%20okt.pdf

No comments: