Gagan Hangga Wijaya
Kawasan perkotaan
identik dengan bangunan dan lantai yang tertutup dari vegetasi. Kawasan
perkotaan biasanya memiliki permukaan tanah yang tertutup oleh bangunan, jalan,
trotoar, lantai beton dan lain-lain. Hal tersebut membuat kota menjadi terlihat
gersang dan suntuk, walaupun sebagian orang menyukai kondisi yang teratur dan
rapi yang terbentuk dari beton atau aspal. Namun vegetasi merupakan aspek yang sangat
penting bagi keberlangsungan bumi ini. Bumi akan terasa hidup jika terdapat
vegetasi yang tumbuh di dalamnya. Vegetasi berfungsi untuk menyegarkan udara,
menyuburkan tanah, mengatur system tata air dan banyak fungsi lainnya.
Membuat taman di atap memiliki banyak manfaat. Seperti menghadirkan udara yang lebih sejuk karena panas sinar matahari terserap lebih dulu sebelum masuk ke dalam rumah. Taman di atap juga mampu menyaring udara yang penuh polusi (Ririh 2011).
Taman atap (roof garden) merupakan salah satu alternative
untuk menumbuhkan vegetasi di lingkungan perkotaan yang dipenuhi oleh bangunan tersebut.
Taman atap yaitu menanam berbagai jenis tanaman di dalam media berupa pot atau
mendia tanam lain sebagai fungsi keindahan atau sekedar menyegarkan udara
sekitar. Taman atap dapat diterapkan pada gedung-gedung bertingkat yang bagian
atapnya dapat diletakkan pot atau tanaman merambat. Taman atap dapat
mengembalikan kondisi alami lokasi yang dahulu kala merupakan kawasan hutan
kemudian dibangun gedung. Untuk menghijaukannya kembali dapat dilakukan salah
satu cara tersebut yaitu membuat taman atap.
Pengembangan taman atap modern (roof garden atau green
roof) merupakan fenomena yang relatif baru. Teknologi taman atap pertama kali
dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke berbagai
negara Eropa lainnya seperti Swiss, Belanda, Austria Inggris, Italia, Perancis,
dan Swedia (www.efbgreenroof.eu dalam
Anonim 2009). Bahkan saat ini diperkirakan 10% dari semua bangunan yang ada di
Jerman telah memiliki taman atap. Selain Jerman, Austria (kota Linz) telah
mengembangkan proyek taman atap sejak tahun 1983, demikian juga dengan Swiss
yang mulai intensif mengembangkan taman atap sejak tahun 1990. Di Inggris,
pemerintah kota London dan Sheffield bahkan telah membuat kebijakan khusus
mengenai pengembangan taman atap. Pengembangan taman atap juga populer di
Amerika meskipun tidak seintensif di Eropa. Di Amerika konsep taman atap
pertama kali dikembangkan di Chicago, kemudian menjadi populer di Atlanta,
Portland, Washington, dan New York (Wikipedia 2008 dalam Anonim 2009). Beberapa negara di
Asia seperti Jepang, Korea, Hongkong, China, dan Singapura merupakan penggiat
dalam proyek-proyek taman atap. Beberapa contoh proyek pengembangan taman atap
yang sukses adalah Flying Green Project (Tokyo dan Hong Kong), Skyrise Greening
Project (Singapura), Ecoroof Project (Berlin), Green Roof Project (New York dan
Washington) (Joga 2008 dalam Anonim 2009).
Keberadaan taman atap,
khususnya di kota-kota besar (metropolis) memiliki peran penting seperti halnya
ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap eksistensi RTH akibat pembangunan
infrastruktur-infrastruktur kota dapat diimbangi atau dikompensasi dengan
mengembangkan taman atap. Pada umumnya manfaat taman atap (roof garden) adalah
sebagai berikut (Green Rooftops 2008; Holladay 2006 dalam Anonim 2009):
1. Mengurangi tingkat polusi udara, vegetasi pada taman
atap mampu merubah polutan (toksin) di udara menjadi senyawa tidak berbahaya
melalui proses reoksigenasi; taman atap juga berperan dalam menstabilkan jumlah
gas rumah kaca (karbon dioksida) di atmosfir kota sehingga dapat menekan efek
rumah kaca;
2. Menurunkan suhu udara, keberadaan taman atap dapat
mengurangi efek panas radiasi sinar matahari yang berasal dari dinding bangunan
maupun dari tanah (heat island effect);
3. Konservasi air, taman atap dapat menyimpan sebagian
air yang berasal dari air hujan sehingga menyediakan mekanisme
evaporasi-transpirasi yang lebih efisien;
4. Mengurangi polusi suara/ kebisingan, komposisi
vegetasi pada taman atap memiliki potensi yang baik dalam meredam kebisingan
yang berasal dari luar bangunan (suara bising kendaraan bermotor atau aktivitas
industri)
5. Menampilkan keindahan pada aspek bangunan (estetika),
sama halnya dengan fungsi taman pada umumnya, taman atap (green roof)
menyediakan keindahan bagi aspek bangunan sehingga tampak lebih hidup, asri,
dan nyaman;
6. Meningkatkan kenaekaragaman hayati kota, taman atap
dapat berfungsi sebagai habitat sekaligus penghubung bagi pergerakan organisme
(wildlife) antar ruang hijau di kawasan perkotaan
Berdasarkan jumlah biaya
(perawatan) yang dibutuhkan, kedalaman tanah (media tanam), dan jenis tanaman
yang digunakan, taman atap dibedakan menjadi tiga macam yaitu (The Environment
Site.org 2006 dalam Anonim 2009) :
1. Taman Atap Ekstensif (Extensive Green Roof), taman
atap jenis ini membutuhkan biaya perawatan yang cukup murah, media tanam
(tanah) yang dangkal, dan tanaman yang digunakan adalah tanaman hias ringan.
Taman atap ini mempunyai skala bangunan yang ringan dan sempit sehingga banyak
digunakan pada bagian rumah yang tidak terlalu luas seperti garasi, atap rumah,
teras, atau dinding.
2. Taman Atap Semi Ekstensif (Semi-Extensive Green Roof),
taman atap ini mempunyai kedalaman media tanam (tanah) yang lebih dibandingkan
taman atap ekstensif, mampu menampung sejumlah besar jenis tanaman dan lebih
dekoratif. Taman atap ini membutuhkan struktur bangunan yang lebih kuat dan
berat.
3. Taman Atap Intensif (Intensive Green Roof), taman atap
ini mempunyai ukuran yang luas dengan struktur bangunan yang besar dan kuat,
mampu menampung berbagai jenis tanaman baik kecil maupun besar (pohon). Taman
atap jenis ini banyak digunakan pada bangunan-bangunan besar (pencakar langit)
serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi.
Di kawasan perkotaan
yang sebagian besar ruangnya dipenuhi dengan bangunanbangunan besar (pencakar
langit), memiliki potensi besar untuk dikembangkan taman atap (roof garden).
Aplikasi taman atap saat ini telah berkembang luas, tidak hanya terbatas pada
gedung-gedung pencakar langit melainkan dapat dikembangkan pada bangunan rumah
sekalipun. Aplikasi taman atap dapat dilakukan di kawasan perkotaan (urban
areas), yaitu pada gedung-gedung perkantoran, mall, hotel, apartemen, atau
rumah susun; di kawasan atau kompleks perumahan (residential); di kawasan
industry seperti pada pabrik-pabrik; dan di tempat-tempat lainnya seperti taman
hiburan (rekreasi), museum, sekolah, universitas, rumah sakit, airport,
stasiun, perpustakaan, dan lain sebagainya (Green Rooftops 2008 dalam Anonim 2009). Beberapa contoh
bangunan yang dilengkapi dengan taman atap antara lain Gedung ACROS (Asian
Crossroads Over The Sea) di kota Fukuoka, Jepang; Namba Park di Osaka, Jepang;
Chicago City Hall, Amerika; Ballard Library di Seattle, Amerika; Rumah Sakit
Mount Elizabeth, Singapura; Horniman Museum dan Canary Wharf di Londond,
Inggris; museum L'Historial de la Vendée, Perancis; dan Golden Gate Park di San
Fransisco, Amerika (Wikipedia 2008 dalam Anonim 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Ririh N. Jumat, 15 April 2011.
Tahap-Tahap Membuat Taman Atap. Kompas.
http://properti.
kompas.com/read/2011/04/15/15115919/Tahap-Tahap.Membuat.Taman.Atap. [15 Des
2011].
Anonim. 2009. Aplikasi Semen dalam Pembangunan Taman Atap
(Roof Garden) Sebagai “Ruang Hijau Alternatif” di Kawasan Perkotaan.
http://www.sementigaroda.com/files/ TAMAN%20ATAP.pdf. [15 Des 2011].
No comments:
Post a Comment