Google search

Monday, January 9, 2012

TAMAN ATAP (ROOF GARDEN) UNTUK MENGHIJAUKAN KOTA

Gagan Hangga Wijaya
            Kawasan perkotaan identik dengan bangunan dan lantai yang tertutup dari vegetasi. Kawasan perkotaan biasanya memiliki permukaan tanah yang tertutup oleh bangunan, jalan, trotoar, lantai beton dan lain-lain. Hal tersebut membuat kota menjadi terlihat gersang dan suntuk, walaupun sebagian orang menyukai kondisi yang teratur dan rapi yang terbentuk dari beton atau aspal. Namun vegetasi merupakan aspek yang sangat penting bagi keberlangsungan bumi ini. Bumi akan terasa hidup jika terdapat vegetasi yang tumbuh di dalamnya. Vegetasi berfungsi untuk menyegarkan udara, menyuburkan tanah, mengatur system tata air dan banyak fungsi lainnya.

Membuat taman di atap memiliki banyak manfaat. Seperti menghadirkan udara yang lebih sejuk karena panas sinar matahari terserap lebih dulu sebelum masuk ke dalam rumah. Taman di atap juga mampu menyaring udara yang penuh polusi (Ririh 2011).
            Taman atap (roof garden) merupakan salah satu alternative untuk menumbuhkan vegetasi di lingkungan perkotaan yang dipenuhi oleh bangunan tersebut. Taman atap yaitu menanam berbagai jenis tanaman di dalam media berupa pot atau mendia tanam lain sebagai fungsi keindahan atau sekedar menyegarkan udara sekitar. Taman atap dapat diterapkan pada gedung-gedung bertingkat yang bagian atapnya dapat diletakkan pot atau tanaman merambat. Taman atap dapat mengembalikan kondisi alami lokasi yang dahulu kala merupakan kawasan hutan kemudian dibangun gedung. Untuk menghijaukannya kembali dapat dilakukan salah satu cara tersebut yaitu membuat taman atap.
            Pengembangan taman atap modern (roof garden atau green roof) merupakan fenomena yang relatif baru. Teknologi taman atap pertama kali dikembangkan di Jerman pada tahun 1980-an yang selanjutnya menyebar ke berbagai negara Eropa lainnya seperti Swiss, Belanda, Austria Inggris, Italia, Perancis, dan Swedia (www.efbgreenroof.eu dalam Anonim 2009). Bahkan saat ini diperkirakan 10% dari semua bangunan yang ada di Jerman telah memiliki taman atap. Selain Jerman, Austria (kota Linz) telah mengembangkan proyek taman atap sejak tahun 1983, demikian juga dengan Swiss yang mulai intensif mengembangkan taman atap sejak tahun 1990. Di Inggris, pemerintah kota London dan Sheffield bahkan telah membuat kebijakan khusus mengenai pengembangan taman atap. Pengembangan taman atap juga populer di Amerika meskipun tidak seintensif di Eropa. Di Amerika konsep taman atap pertama kali dikembangkan di Chicago, kemudian menjadi populer di Atlanta, Portland, Washington, dan New York (Wikipedia 2008 dalam Anonim 2009). Beberapa negara di Asia seperti Jepang, Korea, Hongkong, China, dan Singapura merupakan penggiat dalam proyek-proyek taman atap. Beberapa contoh proyek pengembangan taman atap yang sukses adalah Flying Green Project (Tokyo dan Hong Kong), Skyrise Greening Project (Singapura), Ecoroof Project (Berlin), Green Roof Project (New York dan Washington) (Joga 2008 dalam Anonim 2009).
Keberadaan taman atap, khususnya di kota-kota besar (metropolis) memiliki peran penting seperti halnya ruang hijau lainnya. Ancaman terhadap eksistensi RTH akibat pembangunan infrastruktur-infrastruktur kota dapat diimbangi atau dikompensasi dengan mengembangkan taman atap. Pada umumnya manfaat taman atap (roof garden) adalah sebagai berikut (Green Rooftops 2008; Holladay 2006 dalam Anonim 2009):
1. Mengurangi tingkat polusi udara, vegetasi pada taman atap mampu merubah polutan (toksin) di udara menjadi senyawa tidak berbahaya melalui proses reoksigenasi; taman atap juga berperan dalam menstabilkan jumlah gas rumah kaca (karbon dioksida) di atmosfir kota sehingga dapat menekan efek rumah kaca;
2. Menurunkan suhu udara, keberadaan taman atap dapat mengurangi efek panas radiasi sinar matahari yang berasal dari dinding bangunan maupun dari tanah (heat island effect);
3. Konservasi air, taman atap dapat menyimpan sebagian air yang berasal dari air hujan sehingga menyediakan mekanisme evaporasi-transpirasi yang lebih efisien;
4. Mengurangi polusi suara/ kebisingan, komposisi vegetasi pada taman atap memiliki potensi yang baik dalam meredam kebisingan yang berasal dari luar bangunan (suara bising kendaraan bermotor atau aktivitas industri)
5. Menampilkan keindahan pada aspek bangunan (estetika), sama halnya dengan fungsi taman pada umumnya, taman atap (green roof) menyediakan keindahan bagi aspek bangunan sehingga tampak lebih hidup, asri, dan nyaman;
6. Meningkatkan kenaekaragaman hayati kota, taman atap dapat berfungsi sebagai habitat sekaligus penghubung bagi pergerakan organisme (wildlife) antar ruang hijau di kawasan perkotaan
Berdasarkan jumlah biaya (perawatan) yang dibutuhkan, kedalaman tanah (media tanam), dan jenis tanaman yang digunakan, taman atap dibedakan menjadi tiga macam yaitu (The Environment Site.org 2006 dalam Anonim 2009) :
1. Taman Atap Ekstensif (Extensive Green Roof), taman atap jenis ini membutuhkan biaya perawatan yang cukup murah, media tanam (tanah) yang dangkal, dan tanaman yang digunakan adalah tanaman hias ringan. Taman atap ini mempunyai skala bangunan yang ringan dan sempit sehingga banyak digunakan pada bagian rumah yang tidak terlalu luas seperti garasi, atap rumah, teras, atau dinding.
2. Taman Atap Semi Ekstensif (Semi-Extensive Green Roof), taman atap ini mempunyai kedalaman media tanam (tanah) yang lebih dibandingkan taman atap ekstensif, mampu menampung sejumlah besar jenis tanaman dan lebih dekoratif. Taman atap ini membutuhkan struktur bangunan yang lebih kuat dan berat.
3. Taman Atap Intensif (Intensive Green Roof), taman atap ini mempunyai ukuran yang luas dengan struktur bangunan yang besar dan kuat, mampu menampung berbagai jenis tanaman baik kecil maupun besar (pohon). Taman atap jenis ini banyak digunakan pada bangunan-bangunan besar (pencakar langit) serta dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi.
Di kawasan perkotaan yang sebagian besar ruangnya dipenuhi dengan bangunanbangunan besar (pencakar langit), memiliki potensi besar untuk dikembangkan taman atap (roof garden). Aplikasi taman atap saat ini telah berkembang luas, tidak hanya terbatas pada gedung-gedung pencakar langit melainkan dapat dikembangkan pada bangunan rumah sekalipun. Aplikasi taman atap dapat dilakukan di kawasan perkotaan (urban areas), yaitu pada gedung-gedung perkantoran, mall, hotel, apartemen, atau rumah susun; di kawasan atau kompleks perumahan (residential); di kawasan industry seperti pada pabrik-pabrik; dan di tempat-tempat lainnya seperti taman hiburan (rekreasi), museum, sekolah, universitas, rumah sakit, airport, stasiun, perpustakaan, dan lain sebagainya (Green Rooftops 2008 dalam Anonim 2009). Beberapa contoh bangunan yang dilengkapi dengan taman atap antara lain Gedung ACROS (Asian Crossroads Over The Sea) di kota Fukuoka, Jepang; Namba Park di Osaka, Jepang; Chicago City Hall, Amerika; Ballard Library di Seattle, Amerika; Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura; Horniman Museum dan Canary Wharf di Londond, Inggris; museum L'Historial de la Vendée, Perancis; dan Golden Gate Park di San Fransisco, Amerika (Wikipedia 2008 dalam Anonim 2009).
           
DAFTAR PUSTAKA
Ririh N. Jumat, 15 April 2011. Tahap-Tahap Membuat Taman Atap. Kompas. http://properti. kompas.com/read/2011/04/15/15115919/Tahap-Tahap.Membuat.Taman.Atap. [15 Des 2011].
Anonim. 2009. Aplikasi Semen dalam Pembangunan Taman Atap (Roof Garden) Sebagai “Ruang Hijau Alternatif” di Kawasan Perkotaan. http://www.sementigaroda.com/files/ TAMAN%20ATAP.pdf. [15 Des 2011].

No comments: